Tuesday, February 10, 2009

Sang Malaikat Kecil

"Sang Malaikat Kecil telah Menyelesaikan Tugasnya"
Kisah nyata tentang kehidupan gadis kecil yang bernama Olivia

*Tiga Juli 1999, tangis bayi memecah kesunyian. Sang bayi mungil lahir ke dunia membawa kebahagiaan bagi pasangan Jimmy dan Aiwan. Kulit putih kemerah-merahan, mata yang sungguh indah, bahkan ia memiliki bobot tubuh yang cukup besar dibandingkan ukuran normal bayi yang baru lahir. Semua orang yang melihat memuji sang bayi cantik yang kemudian diberi nama Olivia Laurencia dengan nama kecil Ping Ping ini. Yah, ini adalah mahakarya yang sungguh indah dari Tuhan bagi keluarga muda itu. Sang bayi mungil tumbuh cepat dan makin cantik dari waktu ke waktu.

Babak baru kehidupannya dimulai ketika umur satu setengah tahun. Saat anggota keluarga yang lain melihat adanya kelainan penglihatan pada Oliv kecil, segera mereka memeriksakannya ke dokter. Bagaikan disambar petir mereka harus menerima kenyataan bahwa Olivia divonis menderita kanker mata, atau istilah kedokterannya penyakit *Retina Blastoma*.

"Biasanya untuk penyakit begini umurnya paling sekitar 2 tahun lagi," demikian kata sang dokter yang terus terngiang-ngiang di ingatan orangtuanya.*Bergelut dengan Pengobatan*Berbagai pengobatan mulai dijalani, bahkan pengobatan sampai ke luar negeri. Dokter menyarankan agar bola mata kiri yang terkena kanker segera diangkat. Namun sang papa bersikeras untuk tidak mengambil jalan itu. "Dia seorang anak gadis, bagaimana dia menghadapi hidupnya kelak dengan mata palsunya. Jalan ini juga tidak bisa menjamin 100% sel kanker itu hilang begitu saja. Mata dia sungguh indah, semua orang juga mengakuinya," berontak sang papa. Akhirnya dipakailah cara *kemotherapy* untuk mematikan sel-sel kanker yang telah tumbuh itu. Saat sang putri kesayangan teriak menahan sakit yang dideritanya, sang papa tidak kuat menerima kenyataan itu bahkan ia membenturkan kepalanya sendiri ke dinding.

Menurut pengakuannya meski sudah dibaptis dan menjadi pengikut Kristus, Jimmy dan Aiwan belum menjadi pengikut Kristus yang sesungguhnya. Untuk pergi ke gereja pun kadang masih agak ogah-ogahan. Tepatnya hanya menjadi umat yang biasa-biasa saja. Dalam mimpinya suatu malam Jimmy didatangi oleh malaikat yang membawa sebuah maklumat berisi hanya satu kata 'BAPTIS'. Setelah menceritakan kepada saudaranya, saudaranya itu memberikan masukan "baptis berarti kamu mesti bertobat!". Sambil tetap menjalani pengobatan, kondisi Olivia mengantar papa dan mamanya lebih rajin dalam berdoa dan mengikuti persekutuan. Mereka lebih berpasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Mereka bertumbuh dalam iman di tengah penyakit yang diderita Olivia.

Di sela-sela kesibukan mengurusi pengobatan Olivia, Allah mendatangkan penghibur di keluarga ini. Seorang anak pemberian Tuhan hadir di tengah mereka. Sang adik kecil itu kemudian diberi nama Yohanes Natanael. Setidaknya ini adalah suatu penghiburan di tengah kesedihan mereka.Olivia sempat menjalani dua kali *kemotherapy * yang membuat kondisi fisiknya *drop.* Saat ia *drop* dan trombosit dalam tubuhnya turun, sang papa dan pamannya dengan kondisi was-was musti siap mengantri sepanjang hari untuk mendapatkan bantuan darah di PMI. Demikian sepanjang hidupnya Olivia menjalani pengobatan. Biasanya setelah *therapy* ia mengalami kerontokanrambut hingga botak sama sekali. Dengan fisik yang demikian Olivia tidak pernah merasa rendah diri. Ia tetap menjadi anak yang periang. Bahkan di sekolah ia termasuk salah satu murid yang memiliki prestasi yang cemerlang. Seluruh keluarga besar sangat menyayangi dan memberi perhatian penuh kepadanya. Saat ilmu kedokteran sudah angkat tangan dan hanya memberikan harapan kosong atas kesembuhannya, seluruh keluarga tidak berputus asa. Berbagai pengobatan alternatif dijalani. Pantangan-pantangan makanan selalu dituruti oleh gadis kecil ini. Obat-obatan dari berbagai bentuk dan rasayang sungguh merusak indra pengecapan juga dilahap dengan pasrah.

*Membawa kepada Kristus*Dalam kondisi demikian, Oliv kecil sungguh bergantung pada Tuhan Yesus. Setiap pagi saat jam dinding baru menunjukkan pukul 04.00, bagai jam weker Olivia membangunkan orangtuanya untuk mengajak doa pagi. Ketika melihat papanya bersedih hati, Olivia selalu berujar *"Smile".* Dengan polosnya Olivia berujar dan mengajarkan papanya *"Dalam masalah apa pun kita harus selalu smile."* Imannya kepada Yesus itu membuat ia boleh dibilang tak pernah mengeluh soal penyakit yang dideritanya. Ia bahkan tak pernah menangis karena penyakit itu.Iman Olivia ini menghantarkan sang kakek, nenek, om, tante yang belum mengenal Kristus menjadi orang-orang percaya. Ketegaran Olivia membuat mereka semua merasakan bahwa Yesus sungguh ada bersama Olivia. Hal itu pula yang kemudian mendorong keluarga besarnya semakin berpasrah pada Yesus. Bahkan mereka kemudian terjun aktif dalam kegiatan rohani di lingkungannya.

Sungguh inilah karya besar yang ditinggalkannya.

Bulan-bulan terakhir menjelang ajalnya ia menunjukkan kasihnya yang luar biasa kepada keluarganya, terutama kepada adik kecilnya. Ia berujar kepada sang mama *"Kan Oliv mau jadi peri yang baik hati"*. Natal dan malam Tahun Baru 31 Desember 2008, meskipun menahan sakit kepala yang belakangan selalu menyerangnya, ia berusaha tetap ceria. Saat acara tukar kado bersama jemaat Gereja, ia juga masih selalu bercanda dengan semua orang. Beberapa hari kemudian, 4 Januari 2009, saat sakit kepala yang semakin parah dan disertai dengan muntah-muntah, keluarga memutuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Semakin lama kondisi fisiknya semakin parah. Tubuhnya bahkan sudah sulit untuk menerima asupan makanan. Hal yang ditakutkan pun terjadi. Hasil MRI menunjukkan sel kanker yang sudah membutakan mata kirinya telah menjalar sampai ke otak bahkan ke seluruh tubuhnya.*

"Terimakasih Tuhan Yesus"*Setiap hari ia hanya bisa terbaring lemas dan tertidur. Saat ia terbangun, kesakitan yang sungguh luar biasa dialaminya. Ia hanya bisa berteriak, * "Aduh sakit, sakit sekali Tuhan…". *Sang mama yang tidak kuat melihat penderitaan putrinya mengatakan, "Kalau sakit sekali, menangis saja Oliv," tapi anak ini sungguh kuat. Dia tidak pernah mau menangisi kesakitannya. Orang tuanya kembali dikuatkan dan diajarkan untuk tetap tegar dalam segala masalah, walaupun itu tidak mengenakkan. Kesakitannya semakin memuncak, bahkan obat penahan sakit yang diberikan dokter sudah tidak bisa menghilangkan rasa sakit itu. Dua malam menjelang ajalnya, Oliv yang bulan Juli mendatang genap berumur 10 tahun berdoa penuh iman. *"Terima kasih Tuhan atas kasih karuniaMu, Oliv percaya Oliv sudah sembuh, Oliv sudah dipulihkan. Tidak ada satu penyakit apa pun di badan Oliv, dari ujung rambut sampai ujung kaki Oliv, karena sudah Engkau tebus di kayu salib. Tuhan berkati Oliv, Tuhan ampuni semua dosa Oliv, terima kasih Tuhan, Haleluya, Amin..."* Sebuah doa yang sungguh indah dan penuh makna. Doa seorang anak yang sungguh mencintai dan mengimani Yesus.

Saat malam terakhir ia bahkan sempat meminta sang papa yang memang sangat dekat dengannya untuk memeluk, menurunkannya dari ranjang pasien dan memangkunya. Dia meminta kepada semua orang dan keluarga yang mengunjunginya untuk senantiasa berdoa dan mendoakannya sepanjang malam itu. Detik-detik maut semakin mendekatinya. Dalam kesakitan yang sudah tidak tertahan, kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya *"Sakit sekali ya Tuhan, Oliv sudah tidak tahan lagi…" * kemudian kepalanya jatuh terkulai sambil berucap *"Trima kasih Tuhan Yesus"* . Kemudian ia sudah tidak sadarkan diri, tubuhnya mulai kejang-kejang. Saat sang papa membisikkan ke telinganya "Papa merelakan Oliv pergi, karena papa percaya di surga penuh damai sejahtera dari pada di dunia dengan menanggung penderitaan. Saat Oliv bertemu dengan Yesus dan Yesus ingin memegang tangan Oliv, segeralah sambut tangan-Nya. Selamat jalan Oliv kami semua merelakan Oliv."

Dalam kondisi yang sudah 'koma' Olivia meneteskan airmata.Sesaat setelah itu, bergantian istri pendeta memegang tangan Oliv sambil membisikkan di telinganya, "Kalau Oliv sudah bertemu Tuhan Yesus, Oliv genggam kencang tangan tante yah.." Dalam keadaan 'koma' itu ia benar2 menggenggam tangan itu dan tak lama kemudian Oliv kecil pun pergi untuk selamanya dengan perlahan, tenang dan damai. Dua belas Januari 2009, pukul 15..45.

*Tugasnya sudah selesai*Kedua orang tuanya tentu sedih dengan kepergiannya. Tapi mereka mengimani bahwa Olivia sudah bahagia di surga selamanya. Mereka berusaha menahan tetesan airmata dan merelakan kepergiannya. Mereka berusaha meneladani apa yang selalu dikatakan Olivia selama hidupnya, bahwa *"Segala sesuatu ada waktunya; selalu tersenyumlah dalam segala hal; tetap kuat dan tegar dalam pergumulan; berserah dirilah kepada Tuhan Yesus, karena Dia akan memberikan jalan terbaik dan selalu mengasihi kita".

Jasadnya sudah terbaring kaku, tapi ia terlihat seperti hanya tertidur. Semua pelayat yang melihat, memuji Olivia bagaikan peri kecil cantik yang tertidur pulas. Wajah dan kulitnya putih bersih. Bibir kecilnya menyunggingkan senyum kecil bahagia. Salah satu mata yang tadinya agak cekung karena sel kanker sudah menggerogoti dan membutakan mata kirinya bahkan terlihat normal kembali. Ia benar-benar seperti tertidur. Semua mengimani, saat ajal menjemputnya Tuhan terlebih dahulu memulihkan fisiknya. Keluarga besarnya juga mengimani bahwa Olivia adalah penolong yang diberikanTuhan di tengah-tengah keluarga mereka. Melalui sakit yang dideritanya satu persatu anggota keluarga besarnya bertobat dan menerima Kristus. Tugas malaikat kecil ini sudah selesai, maka ia kembali dipanggil Bapa ke surga.

Bahkan saat pemakamannya, di tengah-tengah cuaca yang sepanjang hari dipenuhi hujan deras, ketika kebaktian pamakaman dimulai, dan ketika sang pemimpin Ibadat menyerukan "Semoga prosesi pemakaman ini diliputi dengan cuaca cerah… Tuhan, walaupun kami tidak dapat melihat dengan mata kami tapi kami yakin Tuhan hadir di tempat ini," detik itu juga, gemuruh guntur berbunyi seakan langit menjawab. Dan hujan yang sepanjang hari menyelimuti bumi, seketika berhenti. Semua yang menghantar ke pemakaman ini dengan tertegun berujar dalam hati, "Sungguh ia benar-benar dikasihi Tuhan".

Segalanya berjalan lancar, kepergian sang malaikat kecil bahkan didoakan dan dihantar oleh beratus-ratus pelayat. Walaupun Olivia sudah tidak ada di dunia, tapi karyanya dalam dunia sungguh selalu akan dikenang. Karena bukan diukur dari berapa lama kita tinggal di dunia, tetapi seberapa berartinya hidup yang kita jalani.

Selamat jalan Olivia, doa kami menyertaimu selalu. Dan kami percaya, engkau juga senantiasa mendoakan kami dari sana. (sanz)

Monday, February 25, 2008

Kisah Anne

Seorang Bayi Mungil Hanya Mampu Hidup Selama 6 Jam, Tetapi...Sepasang
suami istri hidup bahagia. Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat
aktif dalam kegiatan untuk menentang ABORSI, karena menurut pandangannya,
aborsi berarti membunuh seorang bayi.

Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil, sehingga
pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik ini
kepada famili, teman2 dan sahabat2, dan lingkungan sekitarnya. Semua orang
ikut bersukacita dengan mereka Tetapi setelah beberapa bulan, sesuatu yang
buruk terjadi. Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya, seorang bayi
laki2 dan perempuan. Tetapi bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba.

Dan kondisinya juga dapat mempengaruhi kondisi bayi laki2. Jadi dokter
menyarankan untuk dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki2 nya.
Fakta ini membuat keadaan menjadi terbalik. Baik sang suami maupun sang
istri mengalami depressi. Pasangan ini bersikeras untuk tidak
menggugurkan bayi perempuannya (membunuh bayi tsb), tetapi juga
kuatir terhadap kesehatan bayi laki2nya. "Saya bisa merasakan keberadaannya,
dia sedang tidur nyenyak", kata sang ibu di sela tangisannya.
Lingkungan sekitarnya memberikan dukungan moral kepada pasangan
tersebut,dengan mengatakan bahwa ini adalah kehendak Tuhan.

Ketika sang istri semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, tiba-tiba dia
tersadar bahwa Tuhan pasti memiliki rencanaNya dibalik semua ini.

Hal ini membuatnya lebih tabah.Pasangan ini berusaha keras untuk menerima
fakta ini. Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan,
bertemu dengan banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah
bayi mereka. Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak sendirian.

Banyak pasangan lainnya yang juga mengalami situasi yang sama, dimana
bayi mereka tidak dapat hidup lama. Mereka juga menemukan bahwa
beberapa bayi akan mampu bertahan hidup, bila mereka mampu memperoleh
donor organ dari bayi lainnya. Sebuah peluang yang sangat langka. Siapa
yang mau mendonorkan organ bayinya ke orang lain ?
Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini menamakan bayinya,
Jeffrey dan Anne.

Mereka terus bersujud kepada Tuhan. Pada mulanya,mereka memohon
keajaiban supaya bayinya sembuh. Kemudian mereka tahu, bahwa mereka
seharusnya memohon agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang
terjadi, karena mereka yakin Tuhan punya rencanaNya sendiri.
Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne cukup sehat untuk
dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam.

Sang istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu
yang buruk terjadi pada Anne, mereka akan mendonorkan organnya. Ada dua bayi yang sedang berjuang hidup dan sekarat, yang sedang menunggu donor
organ bayi. Sekali lagi, pasangan ini berlinangan air mata. Mereka menangis
dalam posisi sebagai orang tua, dimana mereka bahkan tidak mampu
menyelamatkan Anne. Pasangan ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yg akan terjadi.

Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan
selamat. Pada momen yang sangat berharga tersebut, sang suami menggendong
Anne dengan sangat hati-hati, Anne menatap ayahnya, dan tersenyum
dengan manis. Senyuman Anne yang imut tak akan pernah terlupakan dalam
hidupnya. Tidak ada kata2 di dunia ini yang mampu menggambarkan perasaan
pasangan tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi Anne),mereka sangat bahagia melihat Anne yang begitu mungil tersenyum pada mereka,
mereka sangat sedih karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam
beberapa jam saja Sungguh tidak ada kata2 yang dapat mewakili perasaan
pasangan tersebut.

Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata
yang berasal dari jiwa mereka yang terluka.. Baik sang kakek, nenek, maupun
kerabat famili memiliki kesempatan untuk melihat Anne.
Keajaiban terjadi lagi, Anne tetap bertahan hidup setelah lewat 2 jam.
Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi keluarga tersebut
untuk saling berbagi kebahagiaan. Tetapi Anne tidak mampu bertahan setelah
enam jam.....Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran
organ. Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tsb bahwa
donor tsb berhasil. Dua bayi berhasil diselamatkan dari kematian.
Pasangan tersebut sekarang sadar akan kehendak Tuhan. Walaupun
Anne hanya hidup selama 6 jam, tetapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa.
Bagi pasangan tersebut, Anne adalah pahlawan mereka, dan sang
Anne yang mungil akan hidup dalam hati mereka selamanya...

Ada 3 point penting yang dapat kita renungkan dari kisah ini :

1. SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama kita hidup, satu
hari ataupun bahkan seratus tahun. Hal yang benar2 penting adalah apa yang
kita telah kita lakukan selama hidup kita, yang bermanfaat bagi orang lain.

2. SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama perusahaan kita
telah berdiri, satu tahun ataupun bahkan dua ratus tahun. Hal yang
benar2 Penting adalah apa yang dilakukan perusahaan kita selama ini, yang
bermanfaat bag orang lain.

3. Ibu Anne mengatakan "Hal terpenting bagi orang tua bukanlah
mengenai bagaimana karier anaknya di masa mendatang, dimana mereka
tinggal, maupun berapa banyak uang yang mampu mereka hasilkan.
Tetapi hal terpenting bagi kita sebagai orang tua adalah untuk
memastikan bahwa anak2 kita melakukan hal2 terpuji selama hidupnya, sehingga ketika kematian menjemput mereka, mereka akan menuju surga".

Sunday, September 30, 2007

Injil Menurut Toko Serba Ada

Ada kisah tentang kebaikan dan kasih yang tercecer dari antara perayaan-perayaan Natal . Semacam kisah Orang Samaria yang Baik Hati.

Kisah tentang kasih yang indah ini sayangnya tidak terjadi di gereja, tetapi di sebuah Dept. Store di Amerika Serikat.

Pada suatu hari seorang pengemis wanita yang dikenal dengan sebutan "Bag Lady" (karena segala harta-bendanya hanya termuat dalam sebuah tas yang ia jinjing kemana-mana sambil mengemis) memasuki sebuah Dept. Store yang mewah sekali. Hari-hari itu adalah menjelang hari Natal . Toko itu dihias dengan indah sekali. Lantainya semua dilapisi karpet yang baru dan indah. Pengemis ini tanpa ragu-ragu memasuki toko ini. Bajunya kotor dan penuh lubang-lubang. Badannya mungkin sudah tidak mandi berminggu-minggu Bau badan menyengat hidung. Ketika itu seorang hamba Tuhan wanita mengikutinya dari belakang. Ia berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu mengusir pengemis ini, sang hamba Tuhan mungkin dapat membela atau membantunya. Wah, tentu pemilik atau pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor dan bau mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu. Begitu pikir sang hamba Tuhan wanita. Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu. Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan mengusirnya. Aneh ya Padahal, para pelanggan lain berlalu lalang di situ dengan setelan jas atau gaun yang mewah dan mahal.

Di tengah Dept. Store itu ada piano besar (grand piano) yang dimainkan seorang pianis dengan jas tuksedo, mengiringi para penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu natal dengan gaun yang indah. Suasana di toko itu tidak cocok sekali bagi si pengemis wanita itu. Ia nampak seperti makhluk aneh di lingkungan gemerlapan itu. Tetapi sang 'bag lady" jalan terus. Sang hamba Tuhan itu juga mengikuti terus dari jarak tertentu.

Rupanya pengemis itu mencari sesuatu dibagian Gaun Wanita. Ia mendatangi counter paling eksklusif yang memajang gaun-gaun mahal bermerek (branded items) dengan harga diatas $ 2500 per piece. Kalau dikonversi dengan kurs hari-hari ini, harganya dalam rupiah sekitar Rp. 20 juta per piece. Baju-baju yang mahal dan mewah! Apa yang dikerjakan pengemis ini?

Sang pelayan bertanya, "Apa yang dapat saya bantu bagi anda?" "Saya ingin mencoba gaun merah muda itu?" Kalau anda ada di posisi sang pelayan itu, bagaimana respons anda? Wah, kalau pengemis ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan jadi kotor dan bau, dan pelanggan lain yang melihat mungkin akan jijik membeli baju-baju ini setelah dia pakai. Apalagi bau badan orang ini begitu menyengat, tentu akan merusak gaun-gaun itu. Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban sang pelayan toko mewah itu.

"Berapa ukuran yang anda perlukan?" "Tidak tahu!" "Baiklah, mari saya ukur dulu. "Pelayan itu mengambil pita meteran, mendekati pengemis itu, mengukur bahu, pinggang, dan panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup ketika ia berdekatan dengan pengemis ini. Ia cuek saja. Ia layani pengemis ini seperti satu-satunya pelanggan terhormat yang mengunjungi counternya. "OK, saya sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya! Cobalah yang ini!" Ia memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas. "Ah, yang ini kurang cocok untuk saya. Apakah saya boleh mencoba yang lain?" Oh, tentu!" Kurang lebih dua jam pelayan ini menghabiskan waktunya untuk melayani sang "bag lady."

Apakah pengemis ini akhirnya membeli salah satu gaun yang dicobanya? Tentu saja tidak! Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh dari jangkauan kemampuan keuangannya.

Pengemis itu kemudian berlalu begitu saja, tetapi dengan kepala tegak karena ia telah diperlakukan sebagai layaknya seorang manusia. Biasanya ia dipandang sebelah mata. Hari itu ada seorang pelayan toko yang melayaninya, yang menganggapnya seperti orang penting, yang mau mendengarkan permintaannya. Tetapi mengapa pelayan toko itu repot-repot melayaninya? Bukankah kedatangan pengemis itu membuang-buang waktu dan perlu biaya bagi toko itu? Toko itu harus mengirim gaun-gaun yang sudah dicoba itu ke Laundry, dicuci bersih agar kembali tampak indah dan tidak bau. Pertanyaan ini juga mengganggu sang hamba Tuhan yang memperhatikan apa yang terjadi di counter itu. Kemudian hamba Tuhan ini bertanya kepada pelayan toko itu setelah ia selesai melayani tamu "istimewa"-nya. "Mengapa anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini ?" "Oh, memang tugas saya adalah melayani dan berbuat baik (My job is to serve and to be kind !) "Tetapi, anda 'kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal ini?" "Maaf, soal itu bukan urusan saya. Saya tidak dalam posisi untuk menilai atau menghakimi para pelanggan saya. Tugas saya adalah untuk melayani dan berbuat baik." Hamba Tuhan ini tersentak kaget. Di jaman yang penuh keduniawian ini ternyata masih ada orang-orang yang tugasnya adalah melayani dan berbuat baik, tanpa perlu menghakimi orang lain.

Hamba Tuhan ini akhirnya memutuskan untuk membawakan khotbah pada hari Minggu berikutnya dengan thema "Injil Menurut Toko Serba Ada." Khotbah ini menyentuh banyak orang, dan kemudian diberitakan di halaman-halaman surat kabar di kota itu.

Berita itu menggugah banyak orang sehingga mereka juga ingin dilayani di toko yang eksklusif ini. Pengemis wanita itu tidak membeli apa-apa, tidak memberi keuntungan apa-apa, tetapi akibat perlakuan istimewa toko itu kepadanya, hasil penjualan toko itu meningkat drastis, sehingga pada bulan itu keuntungan naik 48%! "Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi kebaikan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." Ibrani 13:1-2.

Monday, September 3, 2007

Mahalnya Kematian Yesus di Salib

Seorang bapak setengah baya bekerja pada sebuah perusahaan kereta api, dan tugas bapak ini mudah saja. Beliau hanya bertugas menarik sebuah tuas yang mengerakkan roda roda raksasa yang saling berhubungan untuk mengangkat jembatan yang merintangi jalan kereta api itu, sehingga kereta api tersebut dapat lewat dengan selamat. (tentu saja jika jembatan tersebut tidak diangkat ... maka kereta api itu akan mengalami kecelakaan yang sangat hebat).

Bapak ini mempunyai seorang anak satu satunya yang sangat dikasihi dengan segenap jiwanya. Suatu hari, anak bapak ini mengunjungi bapaknya dan bapaknya membiarkan anaknya melihat lihat tempat kerjanya. Sewaktu anaknya menghampiri roda roda raksasa tersebut, tiba tiba sang anak terpeleset dan jatuh diantara roda roda raksasa tersebut. Malang baginya.. kaki anak kecil tersebut terjepit dengan eratnya diantara gerigi roda-roda raksasa tersebut. Demi melihat kaki anaknya terjepit diantara roda-roda raksasa tersebut, sang bapak dengan serta merta berusaha menolong melepaskan kaki anak tersayangnya tersebut dari jepitan gerigi roda tersebut ...

Setelah berusaha sekian lama, sang bapak ini masih belum bisa melepaskan kaki anaknya tersebut. Sesaat kemudian, sang anak mulai menangis karena ketakutan. Tiba tiba dari kejauhan terdengarlah secara samar2 suara peluit kereta api tersebut dari kejauhan memberi tanda agar jembatan itu harus segera diangkat.

Sesaat kemudian hati bapak ini menjadi sangat sedih dan ketakutan ... Di dalam kecemasannya dia masih berusaha melepaskan kaki anaknya ... tapi masih tidak ada hasilnya ... Tidak lama kemudian suara peluit kereta api tersebut terdengar semakin jelas dan dekat.

Hati bapak ini seketika menjadi hancur ... bapak ini mulai menangis dengan sedihnya. Di dalam hati bapak ini muncul suatu keraguan haruskah dia mengorbankan anak satu satunya demi menyelamatkan kereta api itu yang penumpangnya tak ada satupun yang dia kenal? Namun jika dia memilih untuk menyelamatkan anaknya ... maka berapa jiwa yang akan melayang dengan sia sia hanya gara gara satu orang saja ...????

Sesaat kemudian... bapak ini perlahan lahan mencium kening anaknya dengan penuh kasih sayang dan dengan hati yang sangat hancur... lalu bapak ini mulai berdiri dan menuju ke tuas pengangkat jembatan tersebut ... dengan air mata yang membasahi sampai ke bajunya ... sang bapak ini melihat sekali lagi pada anak satu satunya itu ...

Sesaat kemudian bapak ini menarik tuasnya dan jatuh lemas dan menangis sejadi-jadinya tanpa berani melihat proses kematian anaknya yang sangat tragis yang tidak pernah dibayangkan olehnya demi menyelamatkan orang-orang yang ada didalam kereta api itu, yang sama sekali tidak mengetahui, bahwa saat itu juga mereka telah bebas dari kematian yang kekal ...

Saudaraku yang terkasih ... jika kita renungkan kembali kisah diatas ...

Bukankah cerita diatas telah terjadi 2000 tahun yang lalu... dimana Yesus telah disalib hanya untuk menebus dosa kita ...?
Siapakah kita ini sehingga kita memperoleh keselamatan itu ...?
Sesungguhnya kita ini tidak lebih dari sampah yang tidak ada harganya ...
Tetapi kasih Yesus begitu besar ... Sehingga Dia rela mati diatas kayu salib hanya untuk menebus dosa kita (injil Yohanes 3:16 ).

Saya mau katakan pada saudara ... Bahwa hanya Yesus sajalah yang rela mengorbankan nyawanya bagi kita. Tak ada kasih yang demikian besar seperti yang dilakukan Yesus demi menyelamatkan kita.

Kematian Yesus itu tidak dapat dinilai dengan apapun yang ada didunia ini ... terlalu mahal dan sangat mahal untuk sebuah jiwa seperti saya dan saudara ... Tapi, saya juga mau katakan sesuatu pada saudara ... Kematian Yesus 2000 tahun yang lalu bukan hanya untuk menebus dosa orang yang hidup pada jaman itu saja ... Tetapi darah-Nya yang tercurah 2000 tahun yang lalu masih mampu dan Dia sanggup menyelamatkan semua orang yang percaya.

Percayalah kepada Yesus ... Sebab hanya melalui Dialah kita dapat diselamatkan. Dan bagi kita yang sudah percaya pada Yesus ... Janganlah kita menjual kematian Yesus dengan hal hal yang bersifat duniawi terlalu mahal harga sebuah nyawa itu, sobat.

Teman temanku yang terkasih didalam Yesus Kristus ... Sediakanlah waktu bagi Tuhan untuk bersaksi tentang pengorbananNya ini kepada teman temanmu yang belum mengenal Yesus secara pribadi. Jika Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini selalu menyediakan waktu-Nya bagi mengawasi teman-teman sekalian, kenapa teman-teman tidak membalas kebaikan-Nya kepada orang-orang yang masih menanti uluran tangan kita? Sekaranglah waktunya, jangan ditunda lagi !Selamat bersaksi dan menerima keselamatan yang dari Allah ...

Tuhan Beserta Kita...

Monday, August 13, 2007

Berapa Besar Bobot Sebuah Doa?

Louise Redden, seorang ibu kumuh dengan baju kumal, masuk ke dalam sebuah supermarket. Dengan sangat terbata-bata dan dengan bahasa yang sopan ia memohon agar diperbolehkan mengutang. Ia memberitahukan bahwa suaminya sedang sakit dan sudah seminggu tidak bekerja. Ia memiliki tujuh anak yang sangat membutuhkan makan. John Longhouse, si pemilik supermarket, mengusir dia keluar.

Sambil terus menggambarkan situasi keluarganya, si ibu terus menceritakan tentang keluarganya. "Tolonglah, Pak, Saya janji akan segera membayar setelah aku punya uang." John Longhouse tetap tidak mengabulkan permohonan tersebut. "Anda tidak mempunyai kartu kredit, anda tidak mempunyai garansi," alasannya. Di dekat counter pembayaran, ada seorang pelanggan lain, yang dari awal mendengarkan percakapan tadi. Dia mendekati keduanya dan berkata : "Saya akan bayar semua yang diperlukan Ibu ini." Karena malu, si pemilik toko akhirnya mengatakan, "Tidak perlu, Pak. Saya sendiri akan memberikannya dengan gratis. Baiklah, apakah ibu membawa daftar belanja ?" - " Ya, Pak. Ini," katanya sambil menunjukkan sesobek kertas kumal." Letakkanlah daftar belanja anda di dalam timbangan, dan saya akan memberikan gratis belanjaan anda sesuai dengan berat timbangan tersebut."

Dengan sangat ragu-ragu dan setengah putus asa, Louise menundukkan kepala sebentar, menuliskan sesuatu pada kertas kumal tersebut, lalu dengan kepala tetap tertunduk, meletakkannya ke dalam timbangan. Mata Si pemilik toko terbelalak melihat jarum timbangan bergerak cepat ke bawah. Ia menatap Pelanggan yang tadi menawarkan si ibu tadi sambil berucapkecil, "Aku tidak percaya pada yang aku lihat." Si pelanggan baik hati itu hanya tersenyum. Lalu, si ibu kumal tadi mengambil barang-barang yang diperlukan, dan disaksikan oleh pelanggan baik hati tadi, si Pemilik toko menaruh belanjaan tersebut pada sisi timbangan yang lain. Jarum timbangan tidak kunjung berimbang, sehingga si ibu terus mengambil barang-barang keperluannya dan si pemilik toko terus menumpuknya pada timbangan, hingga tidak muat lagi.

Si Pemilik toko merasa sangat jengkel dan tidak dapat berbuat apa-apa. Karena tidak tahan, Si pemilik toko diam-diam mengambil sobekan kertas daftar belanja si ibu kumal tadi. Dan ia-pun terbelalak. Di atas kertas kumal itu tertulis sebuah doa pendek : " Tuhan, Engkau tahu apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan segalanya ke dalam tanganMu." Si Pemilik Toko terdiam. Si Ibu, Louise, berterimakasih kepadanya, dan meninggalkan toko dengan belanjaan gratisnya. Si pelanggan baik hati bahkan memberikan selembar uang 50 dollar kepadanya. Si Pemilik Toko kemudian mencek dan menemukan bahwa timbangan yang dipakai tersebut ternyata rusak. Ternyata memang hanya Tuhan yang tahu bobot sebuah doa.

KEKUATAN SEBUAH DOA
Segera setelah anda membaca cerita ini, ucapkanlah sebuah doa. Hanya itu.

Stop pekerjaan anda sekarang juga dan ucapkan sebuah doa untuk dia yang telah mengirimkannya kepada anda. Lalu, kirimkan e-mail ini kepada setiap orang atau sahabat yang anda kenal. Biarlah jaringan ini tidak terputus, karena DOA ADALAH HADIAH TERBESAR DAN TERINDAH YANG KITA TERIMA. Tanpa biaya, tetapi penuh daya guna.

Sunday, August 12, 2007

Ada Bapa Yang Mengemudi

Mazmur 23:2-3
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

Seorang pembicara, Dr. Wan, menceritakan pengalamannya ketika ia dan seisi keluarganya tinggal di Eropa. Satu kali mereka hendak pergi ke Jerman. Dengan mengendarai mobil tanpa henti siang dan malam, mereka membutuhkan waktu tiga hari untuk tiba di sana. Mereka sekeluarga pun masuk ke dalam mobil -- dirinya, istrinya, dan anak perempuannya yang berumur 3 tahun. Anak perempuan kecilnya ini belum pernah bepergian pada malam hari. Malam pertama di dalam mobil, ia ketakutan dengan kegelapan di luar sana .
"Mau kemana kita, papa?"
"Ke rumah paman, di Jerman."
"Papa pernah ke sana ?"
"Belum."
"Papa tahu jalan ke sana ?"
"Mungkin, kita dapat lihat peta."
[Diam sejenak] "Papa tahu cara membaca peta?"
"Ya, kita akan sampai dengan aman."
[Diam lagi] "Dimana kita makan kalau kita lapar nanti?"
"Kita bisa berhenti di restoran di pinggir jalan."
"Papa tahu ada restoran di pinggir jalan?"
"Ya, ada."
"Papa tahu ada dimana?"
"Tidak, tapi kita akan menemukannya."


Dialog yang sama berlangsung beberapa kali dalam malam pertama, dan juga pada malam kedua. Tapi pada malam ketiga, anak perempuannya ini diam. Dr. Wan berpikir mungkin dia telah tertidur. Tapi ketika ia melihat ke cermin, ia melihat anak perempuannya itu masih bangun dan hanya melihat-lihat ke sekeliling dengan tenang. Dia bertanya-tanya dalam hati kenapa anak perempuan kecil ini tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaannya lagi.
"Sayang, kamu tahu kemana kita pergi?"
"Jerman, rumah paman."
"Kamu tahu bagaimana kita akan sampai ke sana ?"
"Tidak"
"Terus kenapa kamu tidak bertanya lagi?"
"Karena papa sedang mengemudi."

Jawaban dari anak perempuan kecil berumur 3 tahun ini kemudian menjadi kekuatan dan pertolongan bagi Dr. Wan selama bertahun-tahun, ketika dia mempunyai pertanyaan-pertanyaan dan ketakutan-ketakutan dalam perjalanannya bersama Tuhan. Ya, Bapa kita sedang mengemudi. Kita mungkin tahu tujuan kita (seperti anak kecil yang tahu mau ke ‘Jerman' tanpa mengerti di mana atau apa itu sebenarnya). Kita tidak tahu jalan ke sana , kita tidak dapat membaca peta, kita tidak tahu apakah kita akan menemukan rumah makan sepanjang perjalanan. Tapi gadis kecil ini tahu hal terpenting, -- Papa sedang mengemudi -- dan dia aman.

Dia tahu papanya akan menyediakan semua yang dia butuhkan. Kenalkah engkau Bapa anda, Gembala Agung, sedang mengemudi hari ini? Apa sikap dan respon anda sebagai seorang penumpang, anak-Nya yang dikasihi-Nya?

Kita mungkin telah menanyakan terlalu banyak pertanyaan sebelumnya, tapi kita dapat menjadi anak kecil itu, belajar menyadari fokus terpenting adalah ‘Papa sedang mengemudi'. Tuhan adalah Bapa bagi anda. Ijinkan IA untuk mengemudikan hidup anda. Maka kekuatiran bukan menjadi milik anda lagi.

Saturday, August 11, 2007

Hidupmu Sudah Diatur Oleh Tuhan

Di salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung Yesus Kristus yang disalib, ukurannya tidak jauh berbeda dengan manusia pada umumnya. Karena segala permohonan pasti bisa dikabulkan-Nya, maka orang berbondong-bondong datang secara khusus kesana untuk berdoa, berlutut dan menyembah,hampir dapat dikatakan halaman gereja penuh sesak seperti pasar.

Di dalam gereja itu ada seorang penjaga pintu, melihat Yesus yang setiap hari berada di atas kayu salib, harus menghadapi begitu banyak permintaan orang, ia pun merasa iba dan di dalam hati ia berharap bisa ikut memikul beban penderitaan Yesus Kristus. Pada suatu hari, sang penjaga pintu pun berdoa menyatakan harapannya itu kepada Yesus.

Di luar dugaan, ia mendengar sebuah suara yang mengatakan, "Baiklah! Aku akan turun menggantikan kamu sebagai penjaga pintu, dan kamu yang naik di atas salib itu, namun apapun yang kau dengar, janganlah mengucapkan sepatah kata pun." Si penjaga pintu merasa permintaan itu sangat mudah.

Lalu, Yesus turun, dan penjaga itu naik ke atas, menjulurkan sepasang lengannya seperti Yesus yang dipaku diatas kayu salib. Karena itu orang-orang yang datang bersujud, tidak menaruh curiga sedikit pun. Si penjaga pintu itu berperan sesuai perjanjian sebelumnya, yaitu diam saja tidak boleh berbicara sambil mendengarkan isi hati orang-orang yang datang.

Orang yang datang tiada habisnya, permintaan mereka pun ada yang rasional dan ada juga yang tidak rasional, banyak sekali permintaan yang aneh-aneh. Namun, demikian, si penjaga pintu itu tetap bertahan untuk tidak bicara, karena harus menepati janji sebelumnya.

Pada suatu hari datanglah seorang saudagar kaya, setelah saudagar itu selesai berdoa, ternyata kantung uangnya tertinggal. Ia melihatnya dan ingin sekali memanggil saudagar itu kembali, namun terpaksa menahan diri untuk tidak ber bicara. Selanjutnya datanglah seorang miskin yang sudah 3 hari tidak makan, ia berdoa kepada Yesus agar dapat menolongnya melewati kesulitan hidup ini. Ketika hendak pulang ia menemukan kantung uang yang ditinggalkan oleh saudagar tadi, dan begitu dibuka, ternyata isinya uang dalam jumlah besar. Orang miskin itu pun kegirangan bukan main, "Yesus benar-benar baik, semua permintaanku dikabulkan!" dengan amat bersyukur ia lalu pergi.

Diatas kayu salib, "Yesus" ingin sekali memberitahunya, bahwa itu bukan miliknya. Namun karena sudah ada perjanjian, maka ia tetap menahan diri untuk tidak berbicara. Berikutnya, datanglah seorang pemuda yang akan berlayar ke tempat yang jauh. Ia datang memohon agar Yesus memberkati keselamatannya. Saat hendak meninggalkan gereja, saudagar kaya itu menerjang masuk dan langsung mencengkram kerah baju si pemuda, dan memaksa si pemuda itu mengembalikan uangnya. Si pemuda itu tidak mengerti keadaan yang sebenarnya, lalu keduanya saling bertengkar.

Di saat demikian, tiba-tiba dari atas kayu salib "Yesus" akhirnya angkat bicara. Setelah semua masalahnya jelas, saudagar kaya itu pun kemudian pergi mencari orang miskin itu, dan si pemuda yang akan berlayar pun bereggas pergi, karena khawatir akan ketinggalan kapal.

Yesus yang asli kemudian muncul, menunjuk ke arah kayu salib itu sambil berkata, "TURUNLAH KAMU! Kamu tidak layak berada disana." Penjaga itu berkata, "Aku telah mengatakan yang sebenarnya, dan menjernihkan persoalan serta memberikan keadilan, apakah salahku?"

"Kamu itu tahu apa?", kata Yesus. "Saudagar kaya itu sama sekali tidak kekurangan uang, uang di dalam kantung bermaksud untuk dihambur-hamburkannya. Namun bagi orang miskin, uang itu dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya sekeluarga. Yang paling kasihan adalah pemuda itu. Jika saudagar itu terus bertengkar dengan si pemuda sampai ia ketinggalan ka pal, maka si pemuda itu mungkin tidak akan kehilangan nyawanya. Tapi sekarang kapal yang ditumpanginya sedang tenggelam di tengah laut."

Ini kedengarannya seperti sebuah anekdot yang menggelikan, namun dibalik itu terkandung sebuah rahasia kehidupan...

Kita seringkali menganggap apa yang kita lakukan adalah yang paling baik, namun kenyataannya kadang justru bertentangan. Itu terjadi karena kita tidak mengetahui hubungan sebab-akibat dalam kehidupan ini.

Kita harus percaya bahwa semua yang kita alami saat ini, baik itu keberuntungan maupun kemalangan, semuanya merupakan hasil pengaturan yang terbaik dari Tuhan buat kita, dengan begitu kita baru bisa bersyukur dalam keberuntungan dan kemalangan dan tetap bersuka cita.

Sebab kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan buat kita. (Roma 8:28)

Tetap Semangat Gbu